Baliho Terima Kasih Jokowi di Solo, Diminta Jadi Guru Bangsa
Surakarta, Pafi Indonesia — Baliho berisi ucapan terima kasih untuk Presiden Joko Widodo dan istrinya, Iriana Jokowi muncul di Jalan Adi Sucipto, Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Baliho tersebut terpasang menjelang masa jabatan Jokowi sebagai presiden yang berakhir 20 Oktober mendatang.
Lokasinya berada tak jauh dari rumah pensiun Jokowi yang tengah dibangun di Kecamatan Colomadu. Baliho tersebut terpasang jalan utama yang menghubungkan bandara Adi Soemarmo dan Kota Solo.
Dalam baliho berlatar belakang biru muda itu terpampang gambar Jokowi mengenakan setelan jas lengkap dengan kopiah warna hitam. Jokowi tampak mengenakan selendang emas dengan belasan tanda jasa tersemat di jasnya. Sementara Iriana mengenakan kebaya biru motif bunga dengan selendang merah tersampir di pundaknya.
Di samping foto Jokowi dan Iriana tertulis “Terima Kasih Pak Jokowi dan Bu Iriana – Teruslah menjadi guru bangsa – Doa kami selalu…” dengan identitas pemasang yaitu kelompok relawan Alap-alap Jokowi (AAJ).
Salah satu pedagang, Eni mengatakan baliho tersebut baru terpasang beberapa hari terakhir.
“Belum lama. Sekitar tiga hari yang lalu,” kata Eni, Jumat (18/10).
Ketua Umum AAJ, Muhammad Isnaini membenarkan pihaknya memasang baliho tersebut sejak Selasa (1/10) kemarin. Isnaini mengatakan Jokowi sudah banyak berjasa bagi negara terutama untuk relawan AAJ.
“Kami di AAJ merasa terhormat bisa menjadi relawan beliau. AAJ bisa sampai sekarang karena nama besar Pak Jokowi,” kata Isnaini kepada PafiIndonesia.com melalui pesan singkat.
Isnaini menambahkan mengucapkan terima kasih merupakan ciri khas budaya Timur. Sebab, Presiden Jokowi dan istrinya yang sudah memimpin Indonesia 10 tahun terakhir.
“Terserah orang mau bilang apa, tetapi bagi kami, Pak Jokowi dan Bu Iriana ini teladan,” kata dia.
Ia menambahkan pihaknya hanya memasang baliho komersial di satu titik tersebut. Namun ia mengaku kelompok relawan AAJ di berbagai daerah juga turut memasang baliho maupun spanduk dengan pesan yang sama secara mandiri.
“Di beberapa daerah, relawan kami mencetak sendiri meski hanya dipancang dengan bambu. Kami serahkan ke mereka masing-masing bagaimana menyikapinya,” kata dia.